KEPUTIHAN, NORMAL ATAU TIDAK?
Oleh Maufiroh
Bagi wanita, selain
mengalami fase menstruasi, masalah
keputihan sudah menjadi hal biasa. Namun, fenomena keputihan yang
terjadi seringkali meresahkan kaum hawa. Apakah normal atau justru merupakan
penyakit?
Keputihan atau Fluor Albus atau Leuchorroe merupakan cairan vagina selain darah yang dapat ditimbulkan karena proses
fisiologis (normal) dan patologis (penyakit). Menurut Kusmiran (2012) dalam Badaryati
(2012), keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina dapat
berpa putih atau kuning, serta berbau atau tidak berbau, dan disertai rasa
gatal setempat. Menurut Ghotbi
etal (2007), keputihan merupakan salah satu penyebab paling sering seorang
wanita mengunjungi pelayanan kesehatan atau klinik gynecology (kandungan).
Secara fisiologis, keputihan
memang normal terjadi pada wanita. Kaufman, et al (n.d) mengatakan bahwa keputihan dapat mulai terjadi sejak usia
7-8 tahun. Secara normal, keputihan memiliki karakteristik berupa mukus (cairan) yang berwarna putih
atau kuning tanpa bau dan tanpa iritasi.
Keputihan ini dapat keluar sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang,
hamil, kelelahan, stress, dan mengkonsumsi obat hormonal seperti KB dengan jumlah
yang bervariasi setiap bulannya. Konsistensi cairannya juga bervariasi, dapat berupa cair, kental, tipis, tebal,
atau lengket.
Keputihan fisiologis terjadi
disebabkan oleh banyak faktor. Adanya peningkatan produksi kelenjar pada mulut
rahim saat masa ovulasi dapat menimbulkan keputihan. Selain itu, rangsangan
saat berhubungan seksual (koitus)
juga menyebabkan keluarnya cairan keputihan. Pengaruh hormon estrogen seperti saat
menarche dan 10 hari post natal juga menyebabkan keluarnya cairan keputihan
yang normal (Badaryati, 2012).
Adapun perbedaan antara keputihan
fisiologis dengan patologis adalah karakteristik dan penyebabnya. Karakteristik
dari keputihan patologis, yaitu berwarna kuning atau putih menggumpal, berbau,
dan mengandung banyak leukosit. Hal ini terjadi sebagai akibat dari terinfeksi
oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Sehingga, jika dilakukan
pemeriksaan klinis, akan ditemukan eritema (kemerahan) pada vulva (Badaryati,
2012). Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengetahuan dan kebersihan area kewanitaan
berpengaruh terhadap kejadian keputihan.
Keputihan memang fenomena yang
normal terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi keputihan
yang bersfat patologis. Namun, hal itu dapat dicegah secara dini dengan
meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kebersihan area kewanitaan demi
kesehatan reproduksi agar terhindar dari penyakit kelamin. Go Hygene, Save Our Future!
REFERENSI
Ghotbi, Sh., Behesti, M., dan Amirizade S. (2007). Causes of Leukorrhea in Fasa, Southern Iran. Shiraz E-Medical
Journal. Vol.8, No.2.
Badaryati, Emi. (2012). Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis Pada
Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru. Skripsi. Universitas
Indonesia
Kaufman, S., Benett, J., Mikes,
B., dan Steen, M. (n.d). Physiologic
Leukorrhea (Normal Vaginal Discharge). Center for Specialized Gynecology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar