Minggu, 02 Oktober 2016

KEPUTIHAN, NORMAL ATAU TIDAK?

KEPUTIHAN, NORMAL ATAU TIDAK?
Oleh Maufiroh

Bagi wanita, selain mengalami fase menstruasi, masalah keputihan sudah menjadi hal biasa. Namun, fenomena keputihan yang terjadi seringkali meresahkan kaum hawa. Apakah normal atau justru merupakan penyakit?

Keputihan atau Fluor Albus atau Leuchorroe merupakan cairan vagina selain darah yang dapat ditimbulkan karena proses fisiologis (normal) dan patologis (penyakit). Menurut Kusmiran (2012) dalam Badaryati (2012), keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina dapat berpa putih atau kuning, serta berbau atau tidak berbau, dan disertai rasa gatal setempat. Menurut Ghotbi etal (2007), keputihan merupakan salah satu penyebab paling sering seorang wanita mengunjungi pelayanan kesehatan atau klinik gynecology (kandungan).

Secara fisiologis, keputihan memang normal terjadi pada wanita. Kaufman, et al (n.d) mengatakan bahwa keputihan dapat mulai terjadi sejak usia 7-8 tahun. Secara normal, keputihan memiliki karakteristik berupa mukus (cairan) yang berwarna putih atau kuning tanpa bau dan tanpa iritasi. Keputihan ini dapat keluar sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan mengkonsumsi obat hormonal seperti KB dengan jumlah yang bervariasi setiap bulannya. Konsistensi cairannya juga bervariasi, dapat berupa cair, kental, tipis, tebal, atau lengket.

Keputihan fisiologis terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Adanya peningkatan produksi kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi dapat menimbulkan keputihan. Selain itu, rangsangan saat berhubungan seksual (koitus) juga menyebabkan keluarnya cairan keputihan. Pengaruh hormon estrogen seperti saat menarche dan 10 hari post natal juga menyebabkan keluarnya cairan keputihan yang normal (Badaryati, 2012).

Adapun perbedaan antara keputihan fisiologis dengan patologis adalah karakteristik dan penyebabnya. Karakteristik dari keputihan patologis, yaitu berwarna kuning atau putih menggumpal, berbau, dan mengandung banyak leukosit. Hal ini terjadi sebagai akibat dari terinfeksi oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Sehingga, jika dilakukan pemeriksaan klinis, akan ditemukan eritema (kemerahan) pada vulva (Badaryati, 2012). Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengetahuan dan kebersihan area kewanitaan berpengaruh terhadap kejadian keputihan.
Keputihan memang fenomena yang normal terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi keputihan yang bersfat patologis. Namun, hal itu dapat dicegah secara dini dengan meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kebersihan area kewanitaan demi kesehatan reproduksi agar terhindar dari penyakit kelamin. Go Hygene, Save Our Future!


REFERENSI
Ghotbi, Sh., Behesti, M., dan Amirizade S. (2007). Causes of Leukorrhea in Fasa, Southern Iran. Shiraz E-Medical Journal. Vol.8, No.2.
Badaryati, Emi. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru. Skripsi. Universitas Indonesia

Kaufman, S., Benett, J., Mikes, B., dan Steen, M. (n.d). Physiologic Leukorrhea (Normal Vaginal Discharge). Center for Specialized Gynecology.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar