Sabtu, 20 Desember 2014

Stem cell: Darah Tali Pusat untuk Investasi si Kecil


Stem cell: Darah Tali Pusat untuk Investasi si Kecil
oleh Faiqa Himma Emalia

Selama satu dekade terakhir, penyimpanan darah tali pusat di bank stem cell semakin marak dilakukan oleh keluarga kalangan ekonomi menengah ke atas. Sebelum bank stem cell berdiri di Indonesia, ada saja orang tua yang rela merogoh biaya tinggi per bulan untuk menyimpan darah tali pusat anaknya di bank stem cell Singapura. Seiring dengan berkembanganya ilmu dan teknologi di Indonesia, kini akses bank stem cell semakin mudah. Orang tua tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk menyimpan darah tali pusat anaknya. Sebenarnya, apa itu stem cell? Apa hubungannya dengan darah tali pusat? Dan mengapa ia harus disimpan? Mari kita telusuri lebih dalam melalui artikel ini.


Stem cell ditemukan oleh Owen pada tahun 1945 ketika ia menemukan blood chimerism1 yang bertahan lama dari sapi kembar. Ekperimen ini kemudian semakin dikembangkan oleh ilmuwan menggunakan hewan percobaan lain sehingga penelitian stem cell saat ini telah lama diujicobakan pada manusia. Stem cell sendiri adalah sel tertentu dalam tubuh individu yang memiliki kemampuan memperbanyak/membelah diri dan berdiferensiasi menjadi berbagai macam tipe sel (Cogle, Guthrie, Sanders, Allen, Scott, dan Petersen, 2003). Referensi lain mengatakan bahwa stem cell merupakan sel unik yang memiliki dua karakteristik: pertama, stem cell merupakan sel yang tidak terspesialisasi dan punya kemampuan memperbaharui diri melalui pembelahan sel−−biasanya dalam waktu yang lama setelah inaktif. Kedua, di bawah kondisi fisiologis dan ekperimental, stem cell dapat diinduksi menjadi sel jaringan/organ yang spesifik dan memiliki fungsi tertentu (Hotkar dan Balinsky, 2011) .

Hotkar & Balinsky (2011) menyebutkan ada dua jenis stem cell, yaitu pluripotent dan multipotent. Pluripotent merupakan sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, sedangkan multipotent adalah sel induk yang hanya dapat menjadi sebagian kecil jenis sel yang berbeda. Sedangkan klasifikasi stem cell menurut sumbernya antara lain human embryonic stem cell (hESC), non embryonic, somatic, atau adult stem cell, dan induced pluripotent stem cells (iPSCs) (Hotkar & Balinsky, 2011). Berikut penjelasan dari Hotkar & Balinsky (2011) mengenai masing-masing jenis stem cell:
1.      Human embryonic stem cell (hESC): Sel ini didapatkan pada embrio usia 5-8 hari, yang disebut blaktosit dan memiliki sekitar 150 sel. hESC juga bisa didapatkan dari ekstraksi morula2 yang terbentuk dari kumpulan 30 sel penyatuan zigot3. Sel ini telah terbukti tidak memiliki perbedaan morfologi4 dengan blaktosit dan memiliki hES cell specific markers5 yang sama. 
2.      Non embryonic, somatic, atau adult stem cell: Adult stem cell merupakan jenis sel yang dianggap tidak mengalami diferensiasi, namun ditemukan pada sel yang telah mengalami diferensiasi pada jaringan atau organ (National Institutes of Health [NIH], 2012). Stem cell jenis ini seringkali ditemukan pada anak-anak dan umbilical cord atau tali pusat. Selain pada anak-anak dan tali pusat, adult stem cell menurut NIH (2012) juga dapat ditemukan di beberapa organ, diantaranya otak, sumsum tulang, darah perifer7, pembuluh darah, otot skeletal, kulit, gigi, jantung, usus, hati, epitel ovarium, dan testis. Namun, secara keseluruhan stem cell jenis ini memiliki keterbatasan melakukan proliferasi6
3.      Induced pluripotent stem cells (iPSCs): Jenis sel ini mulai ditemukan pada akhir 2007 dimana ilmuwan berhasil mengidentifikasi kondisi yang meyebabkan sel pada manusia dewasa dapat mengalami spesialisasi melalui reprogram genetik sehingga memunculkan hasil seperti stem cell. Dapat disimpulkan bahwa iPSCs merupakan jenis stem cell yang berasal dari sel manusia dewasa yang direprogram secara genetik untuk menjadi sejenis stem cell embrio. 

Sabtu, 06 Desember 2014

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN JANIN (I)



Oleh : Cita Mahdhah Arini


Kehamilan merupakan periode yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pasangan, terutama bagi pasangan muda. Hasil buah cinta dua insan ini tentu menjadi perhatian utama bagi calon orang tua. Bagaimana pertumbuhan bayi yang dikandung? Seperti apa bayi yang dikandung? Beberapa pertanyaan tersebut muncul seiring bertambahnya usia kehamilan ibu. Seperti apa pertumbuhan dan perkembangan janin dari minggu ke minggu? Mari kita telusuri lebih dalam!

Minggu ke-1 sampai 4
Pada 72 jam pertama, setelah sperma dan sel telur bertemu maka akan terjadi pembuahan yang akan menghasilkan benih. Benih ini biasa disebut zigot yang akan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Zigot akan membelah diri menjadi 32 sel dan sehari kemudian menjadi 72 sel hingga sampai 800 milyar atau lebih sel. Hingga pada hari ke 3-4 akan menempel pada dinding rahim dan terbentuklah plasenta dan tali pusat. Plasenta ini berfungsi untuk pemberian makanan kepada janin selama di dalam kandungan.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat cepat. Sistem saraf, otak, perncernaan, pernafasan berkembang dengan cepat. Pada usia 6 minggu, jantung telah terbentuk sehingga detak jantung bayi dapat diketahui melalui Ultrasonografi (USG). Selain itu terjadi pembentukan hidung, dagu, rongga mulut dan tonjolan paru. Jari-jari pun telah terbentuk namun masih menggenggam. Penting sekali bagi Ibu mulai mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti makanan yang kaya akan asam folat yang baik bagi perkembangan otak dan saraf janin, contohnya kacang-kacangan dan ikan. Sebenarnya, konsumsi makanan kaya asam folat lebih baik dimulai saat pra kehamilan, namun apabila ibu tidak mengetahui informasi ini, segera memulai untuk mengkonsumsi makanan yang kaya akan asam folat. Konsumsi makanan asam folat akan mencegah janin mengalami kerusakan pembentukan organ otak/saraf.