Masturoh
Widuri Sinta
Era globalisasi menuntut manusia untuk berinovasi
dan menciptakan pembaharuan melalui perbaikan dan perkembangan penemuan sebelumnya.
Begitu pula dengan
ilmu kesehatan maternitas yang selalu berkembang di area kesehatan ibu saat pra
kehamilan sampai persalinan. Perkembangan ilmu terus berlangsung untuk menciptakan pelayanan
yang dapat meningkatkan kenyamanan
pada ibu saat masa kehamilan maupun proses persalinan. Dulu, Ibu hanya
mempunyai pilihan melahirkan melalui vagina, namun seiring dengan berkembangnya
teknologi dan pengetahuan
obstetri
muncullah istilah caesar. Semakin lama, semakin banyak cara untuk membuat ibu senyaman
mungkin dalam menjalani proses persalinan. Sehingga banyak modifikasi dalam
persalinan normal yang dapat dipilih ibu. Salah satunya adalah waterbirth (persalinan di dalam air).
Sebenarnya, waterbirth
bukanlah hal yang benar-benar baru karena penelitian mengenai waterbirth telah dilakukan oleh Harper pada tahun 1994. Waterbirth
adalah
persalinan yang dilakukan di dalam air hangat dengan tujuan meredakan nyeri
persalinan dan membuat ibu lebih rileks. Waterbirth
dimulai ketika fase aktif yaitu pada pembukaan 4-7 (Lowdermilk, 2014). Di
Indonesia, waterbirth masih jarang dilakukan. Selain pemerintah belum
melegalkan praktik waterbirth, banyak ibu yang belum memahami jenis persalinan melalui waterbirth.
Proses melahirkan melalui waterbirth perlu
dipahami oleh Mommy
dan Ayah sebelum kita membahas
kekurangan dan kelebihan. Berikut
merupakan cuplikan proses waterbirth
sehingga Mommy dan Ayah mampu membayangkan bagaimana
keuntungan dan kerugian dari
waterbirth. Klik Video ini yang penulis ambil
dari website babycenter.com
Bagaimana bayi bernapas setelah dilahirkan dalam air? Bayi yang dilahirkan dalam air mempunyai waktu lebih lama untuk beradaptasi melakukan napas pertama karena seluruh tubuhnya terekspos dengan air. Menilai APGAR skor pada bayi yang dilahirkan melalui waterbirth adalah pada 1 menit 30 detik. Meskipun bayi yang dilahirkan akan terlihat biru lebih lama dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dalam kondisi kering, kekuatan dan irama jantung tetap baik. Bayi yang dilahirkan akan muali bernapas ketika sudah keluar. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya mekanisme untuk menghambat tekanan di dalam paru-paru untuk menstimulasi bayi bernapas. Harper (1994) juga mengatakan bahwa laporan kejadian mengenai bayi meninggal akibat aspirasi ketika dilakukan waterbirth tidak valid. Bayi yang lahir bukan mengalami aspirasi, melainkan asphyxiation karena bayi terlalu lama berada di dalam air setelah seluruh anggota badannya keluar dari organ tubuh ibu. Asphyxiation adalah kondisi kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida dalam tubuh yang disebabkan interupsi pernapasan. Penyebabnya plasenta sudah tidak lagi mengirim oksigen kepada bayi, sama halnya ketika plasenta lebih dulu terlepas dari dinding rahim sebelum bayi dilahirkan secara sempurna. Tetapi bukan berarti bayi diangkat secara cepat, hal ini akan menyebabkan trauma pada bayi. Pengangkatan bayi harus dilakukan dengan pelan dan gentle (Harper, 2000; 1997; 1994).
Bagaimana bayi bernapas setelah dilahirkan dalam air? Bayi yang dilahirkan dalam air mempunyai waktu lebih lama untuk beradaptasi melakukan napas pertama karena seluruh tubuhnya terekspos dengan air. Menilai APGAR skor pada bayi yang dilahirkan melalui waterbirth adalah pada 1 menit 30 detik. Meskipun bayi yang dilahirkan akan terlihat biru lebih lama dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dalam kondisi kering, kekuatan dan irama jantung tetap baik. Bayi yang dilahirkan akan muali bernapas ketika sudah keluar. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya mekanisme untuk menghambat tekanan di dalam paru-paru untuk menstimulasi bayi bernapas. Harper (1994) juga mengatakan bahwa laporan kejadian mengenai bayi meninggal akibat aspirasi ketika dilakukan waterbirth tidak valid. Bayi yang lahir bukan mengalami aspirasi, melainkan asphyxiation karena bayi terlalu lama berada di dalam air setelah seluruh anggota badannya keluar dari organ tubuh ibu. Asphyxiation adalah kondisi kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida dalam tubuh yang disebabkan interupsi pernapasan. Penyebabnya plasenta sudah tidak lagi mengirim oksigen kepada bayi, sama halnya ketika plasenta lebih dulu terlepas dari dinding rahim sebelum bayi dilahirkan secara sempurna. Tetapi bukan berarti bayi diangkat secara cepat, hal ini akan menyebabkan trauma pada bayi. Pengangkatan bayi harus dilakukan dengan pelan dan gentle (Harper, 2000; 1997; 1994).
Waterbirth adalah filosofi untuk memberikan persalinan secara non-intervensi, lebih dari sekedar metode atau cara persalinan. Psikologis, fisiologis, teknologi, humaniti dan sains merupakan kombinasi dari waterbirth. Di Amerika, ibu yang menjalani proses persalinan pertama secara waterbirth akan memilih waterbirth untuk persalinan yang berikutnya. Beberapa pengalaman ibu yang telah merasakan waterbirth mengatakan bahwa waterbirth membuat ibu nyaman dan rileks saat melahirkan. Ibu juga dapat merasakan penyatuan dari dirinya dan anak yang dilahirkan.
Secara garis
besar, keuntungan
waterbirth bedasarkan telaah pustaka adalah sebagai berikut:
· Ibu
merasakan kenyamanan yang luar biasa, ketakutan dan stress ibu menurun
· Memberikan
kebebasan bagi ibu
untuk bergerak dan menentukan posisinya ketika melahirkan
· Mengurangi
nyeri dan menambah masukan oksigen ke
bayi
· Mengurangi
adanya tekanan darah rendah karena cemas
· Rilaks yang dirasakan ibu mampu
membuat ibu hanya berfokus pada proses melahirkan
· Elastisitas
perineum meningkat karena air masuk ke dalam jaringan perineum, sehingga
menurunkan insiden episiotomi atau perobekan jalan lahir
· Mempermudah
upaya ibu dan anak dalam proses persalinan
· Mempersingkat
lama persalinan
· Menghemat
tenaga/energi ibu saat persalinan
· Ketika
bayi muncul ke dalam air, bayi mudah “ditangkap” oleh penolong persalinan
· Memberikan
waktu pada sistem bayi untuk beradaptasi, karena lingkungan air hampir sama
dengan kondisi ketika bayi berada di dalam rahim yang dipenuhi cairan amnion
Namun, Indonesia belum memiliki standar yang jelas baik di tingkat organisasi, profesi, maupun ilmu. Perlu dilakukan uji coba dan standarisasi terlebih dulu agar waterbirth dapat dilakukan secara legal di Indonesia. Uji coba dan standarisasi ini juga diperlukan untuk keamanan proses persalinan bagi ibu dan bayi. Selain itu, pemerintah masih melihat beberapa kekurangan waterbirth, diantaranya:
· Ada kemungkinan bayi mengalami aspirasi
· Dipandang
masih membahayakan karena beberapa kejadian waterbirth
di Indonesia gagal
· Sulit
memperkirakan volume perdarahan.
Selain itu, penanganan perdarahan pada kala 3 sulit dilakukan
ketika ibu masih di dalam air
· Adanya
resiko ibu mengalami emboli air
· Memungkinkan
tali pusat kusut terbawa air sehingga menyebabkan bayi terengah-engah
Selain itu, ada hal-hal yang harus
diperhatikan terkait kondisi ibu
ketika melakukan waterbirth. Waterbirth
dilakukan ketika ibu telah
dipastikan mampu melakukan persalinan melalui vagina
(normal) dan dalam kondisi baik. Dalam American Pregnancy Association
(2014) menyebutkan bahwa adanya masalah/komplikasi
persalinan seperti kelahiran induksi, kelahiran yang lama, infeksi maternal,
resiko perdarahan yang hebat, kelahiran bayi prematur, atau cairan amnion
bercampur dengan banyak mekonium tidak disarankan memilih waterbirth. Ibu dengan masalah kesehatan tertentu juga tidak
disarankan melakukan waterbirth seperti
ibu dengan herpes, HIV/AIDS, pre-eklampsi, toksemia, tekanan darah tinggi, ibu
yang sedang atau akan mengkonsumsi obat-obatan, dan akan dilakukan induksi. Jika
ibu pada kondisi melahirkan ganda atau kembar, ibu bisa melakukan waterbirth, akan tetapi harus konsultasi
dengan tenaga kesehatan terlebih dahulu.
Ibu hamil sangat diperhatikan kondisinya dan terus dipelajari bagaimana ibu dapat merasakan pengalaman persalinan yang menyenangkan dan nyaman, salah satunya dengan mengatasi nyeri persalinan pada ibu. Waterbirth salah satu cara yang ditawarkan untuk mengurangi nyeri ibu dalam proses persalinan. Meskipun di Indonesia masih belum legal praktiknya, ibu Indonesia juga harus mengetahui perkembangan globalisasi. Sebelum memilih waterbirth, cek terlebih dahulu kondisi ibu dan bayi.
Referensi:
Harper,
Barbara. (2000). Waterbirth basics: From newborn breathing to hospital prc. Midwifery
Today. 54(9)
Harper,
Barbara (1997). Integrating waterbirth into maternity care: An agent for CI. Midwifery
Today. 43(35)
Harper,
Barbara. (1994). Waterbirth: An icreasingly attractive gentle birth choice. International
Childbirth Education Association. 9(1). 17-18
Lowdermilk,
D.L., Perry, S.E., Cashion, Kitty. (2014). Keperawatan Maternitas edisi 8,
penerjemah dr. Felicia Sidarta, dr Anesia Tania. Singapore: Elsevier
American Pregnancy Association. (2014). Water Birth. Diakses dari: http://americanpregnancy.org/labor-and-birth/water-birth/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar