Oleh : Rosaning
Harum Mediansari
Masih ingatkah Mommy dengan kasus Jakarta International
School awal tahun lalu? Kasus tersebut hanyalah sebagian kecil kasus kekerasan
seksual pada anak. Dari data yang berhasil dirangkum Harian Terbit, berdasarkan
catatan Komnas PA Januari-April 2014, terdapat 342 kasus kekerasan seksual
terhadap anak. Data Polri 2014, mencatat ada 697 kasus kekerasan seksual
terhadap anak yang terjadi di separuh tahun 2014. Dari jumlah itu, sudah 726
orang yang ditangkap dengan jumlah korban mencapai 859 orang. Sedangkan data
KPAI dari bulan Januari hingga April 2014, terdapat 622 laporan kasus kekerasan
terhadap anak. Sungguh angka yang sangat memprihatinkan. Lalu apakah Mommy
yakin anak, keponakan, dan kerabat mommy pasti terhindar dari kekerasan seksual
pada anak?
Sebelum membahas lebih jauh, kita perjelas dulu, apa yang
dimaksud kekerasan seksual pada anak? Kekerasan seksual pada anak mengacu pada
kegiatan melibatkan anak dalam kegiatan seksual, sementara anak tidak
sepenuhnya memahami atau tidak mampu memberi persetujuan. Aktivitas seksual
antara anak dengan orang dewasa atau anak lain, bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan bagi pelaku. Kekerasan seksual pada anak memiliki meliputi berbagai macam
bentuk tindakan, antara lain :
- Menyentuh tubuh anak secara seksual (Molestase), baik si anak memakai pakaian atau tidak
- Segala bentuk penetrasi seks, termasuk penetrasi ke mulut anak menggunakan benda atau anggota tubuh.
- Memaksa anak untuk memegang bagian tubuhnya sendiri, bagian tubuh pelaku atau bagian tubuh orang lain.
- Pelaku mempertunjukkan bagian tubuhnya secara cabul pada anak (Ekshibisionisme).
- Secara sengaja melakukan aktivitas seksual di hadapan anak, atau tidak melindungi dan mencegah anak menyaksikan aktivitas seksual yang dilakukan orang lain.
- Membuat, mendistribusikan dan menampilkan gambar atau film yang mengandung adegan anak-anak dalam pose atau tindakan tidak senonoh ataupun adegan tersamar yang memancing pemikiran seksual (pornografi).
- Memperlihatkan kepada anak, gambar, foto atau film yang menampilkan aktivitas seksual.
- Melakukan percakapan bermuatan seksual dengan anak baik secara lugas maupun tersamar melalui telepon, chatting, sms dan lain-lain.
Salah satu penyebab banyaknya kasus kekerasan seksual
yang tidak terungkap atau tertangani adalah karena anak merasa takut atas
otoritas dari orang dewasa. Anak yang sering disalahkan dan dimarahi orang
dewasa, akan menganggap bahwa apa yang dilakukan orang dewasa selalu benar dan
perasaan anak yang tidak senang akan sesuatu adalah salah. Oleh karena itu
orang tua dituntut untuk tidak menghakimi anak dalam setiap cerita
sehari-harinya, serta menghargai perasaan anak yang tidak suka atau tidak
nyaman akan sesuatu. Bangun komunikasi yang menyenangkan sejak dini, jikapun
anak salah, sebaiknya orang tua tidak menyalahkan, tapi menunjukkan yang benar
dan belajar nilai moral dari kesalahan. Komunikasi yang menyenagkan bisa
dibangun saat mendampingi menonton TV atau menggunakan internet. Tanamkan nilai
moral dan agama sambil menonton. Bangun suasana yang santai seperti sedang
bercerita bukan seperti ceramah. Jelaskan juga bahwa orang yang anak kenal dari
internet tak selalu sebaik yang ia kira, jadi ia tak boleh sembarangan membagi
informasi atau bercerita kepada mereka.
Selain membangun komunikasi, pendidikan seksual sejak
dini menjadi sangat penting. Pendidikan seksual tentu disesuaikan dengan umur
anak sehingga cukup sederhana dan tidak rumit. Yang bisa orang tua lakukan
dalam memberikan pendidikan seksual sejak dini, antara lain
- Mengenalkan perbedaan laki-laki dan perempuan, misal saat mandi bersama. Cara ini bisa dilakukan saat usia 2 tahun, dimana anak mulai mengerti perbedaan yang tampak. Jelaskan sederhana saja, dan tidak perlu mengganti istilah-istilah sensitif dengan kata-kata yang lebih halus atau ditabukan. Efeknya, anak tak akan bingung dan bisa jadi lebih berani membicarakan kondisi yang berkaitan dengan alat kelaminnya sendiri.
- Biasakan anak buang air dan mengganti baju di tempat tertutup, ajarkan rasa malu bila bagian tubuh pribadinya terlihat di depan umum. Ajarkan anak membersihkan alat kelaminnya sendiri, sehingga tidak terbiasa tergantung orang lain.
- Anda juga bisa mengajarkan “underwear rule”. Artinya, bagian tubuh dibalik baju dalamnya tak boleh disentuh dan dilihat oleh orang lain selain dirinya sendiri, orang tuanya, pengasuh (bila masih mengenakan popok), dan dokternya. Orang tua juga bisa mengjrkan pada anak untuk berteriak sekencang mungkin meminta pertolongan dan melapor ke orang tua jika orang dewasa yang berada di sekitar mereka mengancam untuk memberikan hukuman di saat mereka menolak untuk melakukan hal-hal yang menurut anak tidak nyaman untuk dilakukan.
- Bicarakan hal-hal yang bersifat seksual secara terbuka.Misalnya jika suatu hari si kecil yang berusia 4 tahun bertanya dari mana datangnya bayi, berikan jawaban yang jujur dan sesuai dengan tingkat pemahamannya. Hindari berkata kepada anak bahwa ia belum cukup umur untuk mengetahui hal seperti itu atau melarangnya bertanya tentang hal-hal tersebut. Andaikata orangtua tidak dapat menjawab pertanyaan anak, jangan malu mengatakan "tidak tahu". Kemudian mintalah bantuan atau penjelasan dari orang lain yang mengetahui.
- Biasakan anak berpenampilan sesuai dengan jenis kelaminnya dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan saat tidur
- Dukung batasan yang dibuat anak. Jika si kecil menolak dipeluk atau dicium seseorang, meski masih termasuk keluarga, dukunglah tindakannya, alih-alih menegurnya. Cukup katakan kepada orang tersebut bahwa anak Anda sedang tidak mau dipeluk.
Bagaimana jika mommy tiba-tiba mendapati anak atau
kerabat mommy menceritakan kejadian yang termasuk suatu tindakan kekerasan
seksual pada anak? Pertama kali, ingatlah untuk tetap tenang karena anak membaca reaksi (bahasa lisan dan bahasa tubuh)
orang tua. Perubahan reaksi yang drastis dan berlebihan justru membuat anak
menyesal telah bercerita dan akhirnya tidak mau bercerita lebih lanjut. Selanjutnya, mommy
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Berikan rasa aman. Katakan pada anak bahwa anda percaya pada apa yang dikatakannya. Apa yang terjadi bukan salahnya. Dia telah melakukan hal yang hebat dengan menceritakannya pada anda, dan anda akan melindunginya.
- Gali informasi dengan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan yang hanya cukup dijawab ya tidak. Pancing anak bercerita lebih lengkap. Pertanyaan terbuka bisa diawali dengan bagaimana, apa saja, menurut kamu, dll. Pertanyaan semacam ini juga mencegah anak mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, karena anak kecil akan cenderung menjawab ya.
- Hindari meminta anak mengulang apa yang telah dikatakannya. Langkah ini akan membantu petugas yang nanti akan mewawancarai anak dalam mendapatkan informasi yang murni dan akurat
- Orang tua bisa memeriksa alat kelamin anak untuk memastikan adanya luka Lebih baik lagi orang tua dan anak ke dokter untuk mendapat visum.
- Rencanakan tindakan perlindungan dari pelaku terutama jika pelaku tahu dirinya dicurigai. Lingkungan sosial dan liputan media juga perlu dicermati.
- Hubungi pihak berwenang (polisi) dan lembaga yang Menangani Kasus kekerasan seksual pada anak misalnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia(Telp 021-31901446/31901556)
Kekerasan seksual pada
anak memberikan efek yang sangat buruk pada perkembangan dan masa depan anak. Mari
kita bersama-sama mencegah dan melindungi anak-anak Indonesia.
Sumber :
Darmawan. Mengajari Kewaspadaan
Kekeasan Seksual Pada Anak.
David Setyawan. Indonesia Darurat Kejahatan Seksual. http://www.kpai.go.id/berita/indonesia-darurat-kejahatan-seksual-anak/
Daftar Lembaga Yang Menangani Pelecehan Seksual dan Kekerasan Terhadap
Anak. http://infopsikologi.com/lembaga-yang-menangani-pelecehan-seksual-terhadap-anak/
Mencegah pelecehan : Panduan Berdasarkan Usia.
Memberikan Pendidikan Seks Sesuai Umur Anak.
Pertolongan Pertama Jika Anak Mengalami Pelecehan Seksual. http://infopsikologi.com/membantu-anak-yang-mengalami-pelecehan-seksual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar