Sabtu, 06 September 2014

Intim dan Harmonis Selama Hamil

Oleh : Rosaning Harum Mediansari

Kehamilan pasti merupakan kabar gembira untuk kita semua. Ada yang mengatakan anak adalah perekat keluarga, begitu pun kehamilan menjadi perekat hubungan pasangan suami istri (pasutri). Namun, terkadang suasana hati calon ibu yang berubah–ubah selama hamil, bagaikan datang bulan setiap hari, membuat hubungan kurang menyenangkan. Begitupula hubungan di kamar tidur.  Sesekali ibu bisa merasa sangat seksi dan kecanduan seks, lalu kemudian merasa penumpukan lemaknya meningkat begitu buruk dan menjadikannya merasa tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual. Belum lagi jika ada petuah orang tua yang melarang hubungan seks selama hamil.

Secara umum, hormon progesteron dan esterogen yang meningkat tajam selama kehamilan menyebakan perubahan-perubahan pada tubuh yang kemudian meningkatkan libido. Esterogen meningkatkan pelumasan vagina, meningkatkan kepekaan payudara dan puting susu, serta memperlancar aliran darah ke daerah panggul. Bertambahnya lekukan-lekukan di seputar panggul bisa membuat perasaan lebih seksi. Namun, jika ada ibu yang tidak menginginkan hubungan seksual karena kehamilannya, itu adalah hal yang normal. Karena perubahan hormon-hormon dalam tubuh dapat membuat seorang ibu tidak nyaman, terutama di awal dan akhir kehamilan dengan hadirnya mual, muntah, dan perasaan lelah. Meski normal, hal ini bisa menjadi kekhawatiran. Karena dalam banyak hubungan, seks seringkali dianggap simbol dari kondisi keharmonisan hubungan secara keseluruhan. Jika seks tidak ada, keintiman dan keharmonisan dianggap hilang.

Sebuah survei yang dilakukan di daerah Tangerang tahun 2011 menemukan bahwa 50% ibu hamil tidak menemukan kebahagian saat berhubungan intim. Umumnya ibu hamil khawatir hubungan seksual melukai bayi dan orgasme bisa menyebabkan keguguran. Dari penelitian tersebut didapatkan pula kecemasan yang menjadi alasan istri melakukan hubungan seksual, diantaranya takut suami marah jika menolak, takut suami menganggap istri sengaja mencari alasan, dan takut suami melirik wanita lain. Jika hal ini terjadi, kemungkinan besar keharmonisan pasutri tidak sebaik sebelumnya. Pada kondisi ini,  ibu hamil sebaiknya selalu berpikir positif, karena stress bisa sangat mempengaruhi kondisi ibu dan janin.

Hal paling sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga pikiran ibu adalah berbicara dengan suami. Tidak perlu memaksakan untuk meningkatkan dorongan seksual, namun perlu bagi setiap pasangan suami istri untuk terus memunculkan sensualitas dan hasrat dalam hubungan. Sensualitas dan hasrat ini bisa didapatkan dengan menemukan cara-cara lain secara fisik dan emosional yang mampu menjalin ikatan yang intim dan harmonis dengan pasangan. Pastikan bahwa hubungan berjalan pada tingkatan-tingkatan yang lebih dalam.
Berikut ini ada beberapa saran untuk para suami yang dapat membantu membuat ibu merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan bahkan menganggap suami dapat menjalankan perannya dengan lebih baik, serta mampu mengurangi stres ibu :

  • Memijat kaki, bisa dilakukan setiap hari
  • Mandi bersama
  • Setiap dua minggu, membuat foto-foto ibu untuk mendokumentasikan perkembangan perutnya. Menurut sejumlah wanita, aktivitas tersebut terasa sangat sensual dan bisa menjadi kenagan yang menakjubkan
  • Berolahraga bersama
  • Ikut kelas bayi dan ibu hamil bersama
  • Merayu, menyatakan cinta sesekali lewat pesan atau telepon seperti saat masih berpacaran bisa bermanfaat.
  • Bantulah mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang Anda bisa tanpa diminta
  • Berbicara dan mendengarkan isu-isu yang selama ini mungin bukan favorit para suami, tentang mual, USG, proses kehamilan dan persalinan, akan sangat membantu.


Setelah hubungan yang intim dan harmonis terjalin, mungkin saja dorongan seksual tiba-tiba muncul. Jika ibu menginginkan hubungan seksual, jangan merasa takut. Mungkin timbul rasa tidak nyaman dengan posisi yang biasa karena perut yang semakin membesar. Oleh karena itu, ada beberapa alternatif posisi untuk melakukan hubungan seksual selama hamil :
  • Dua Sendok : Berbaring bersisian, dengan suami di belakang istri. Penetrasi dangkal dalam posisi ini mungkin terasa lebih nyaman.
  • Wanita di atas : Jika wanita berada di atas, tidak ada tekanan pada perutnya dan dapat mengontrol kecepatan dan dalamnya gerakan.
  • Nyaman di atas kasur : wanita berbaring di tepi tempat tidur, dengan kedua lutut terlipat dan kedua kaki di sisi tempat tidur. Pria berdiri di tepi tempat tidur.
  • Bercinta di kamar duduk : Wanita berlutut di sofa, dengan perut menghadap ke belakang sofa dan kedua tangan bersandar ke sofa untuk menopang berat tubuhnya. Suami melakukan penetrasi dari belakang.

Seperti kehamilan setiap wanita yang unik, dorongan seksual setiap wanita pun berbeda dan dapat berubah dari hari kehari. Perlu diingat jika kehamilan berlangsung normal, hubungan seks boleh dilakukan sesering yang diinginkan. Jika rahim berada pada posisi yang normal, hubungan seksual tidak beresiko melukai bayi karena air ketuban melindungi bayi dari benturan. Posisi vagina terhadap ruang dalam rahim, mengurangi kemungkinan kontak langsung dengan janin. Selain itu, ada sebuah sumbat lendir yang menyumbat leher rahim selama kehamilan, sehingga tidak ada peluang terjadinya kontak antara bayi dan cairan mani. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, bidan atau dokter mungkin merekomendasikan tidak berhungan seks pada kehamilan berisiko, seperti risiko melahirkan sebelum waktunya, air ketuban bocor, leher rahim membuka terlalu cepat, atau Anda mengalami penempelan plasenta di bawah.

Sumber :
Oz, Mehmet C, & Michael. 2010. Having a Baby. Bandung : Qanita.
Hapsari, Dwi,  &  Sari. 2011. Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil di Puskesmas Pondok Aren Tangerang. Semarang : Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar